Minggu, 26 April 2020

Kaitan antara Budaya dengan Bahasa

Mas Sugeng
Kaitan antara Budaya dengan Bahasa
Oleh Suwardi Lubis

Kebudayaan dirumuskan, dibentuk, ditransmisikan dan dipelajari melalui komunikasi Kebudayaan merupakan pondasi/landasan bagi komunikasi. Kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan praktek-praktek komunikasi yang berbeda pula.
Komunikasi adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan.
Kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Antara komunikasi dan kebudayaan sangatlah erat kaitannya. Tidak akan ada budaya tanpa adanya komunikasi dan begitu pula sebaliknya.

Dalam berkomunikasi dengan konteks keberagaman kebudayaan, kerap kali menemui masalah atau hambatan-hambatan yang tidak diharapkan. Misalnya saja dalam penggunaan bahasa, lambang-lambang, nilai, atau norma-norma masyarakat dan sebagainya. Pentingnya pernan komunikasi dan budaya atau sebaliknya yang mempunyai hubungan timbal balik, budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi.









B. Kaitan antara Komunikasi dengan Budaya

  1. Pengertian Komunikasi

Untuk pembahasan mengenai pengertian komunikasi tidak akan dijelaskan panjang lebar karena komunikasi itu sendiri telah mendapatkan banyak sekali materi. Sebagai catatan saja bahwa dalam komunikasi terdapat unsur-unsur yang memang selalu ada ketika proses komunikasi terjadi yaitu komunikator, pesan, media, komunikan dan feedback. Unsur-unsur komunikasi ini tetap terjadi ketika KAB berlangsung. Yang perlu diingat bahwa di dalam KAB unsur tersebut ditambah satu unsur lagi yaitu konteks yang ternyata dalam KAB menjadi sangat penting pula untuk diperhatikan.1

  1. Hakekat Kebudayaan

Kebudayaan, sebagaimana halnya dengan komunikasi, merupakan istilah yang tidak asing lagi bagi kebanyakan orang. Bahkan mungkin karena kepopulerannya itu, kebudayaan telah diartikan secara bermacam-macam. Batasan tentang kebudayaan memang sangat beraneka ragam tergantung dari sudut penglihatan, yang dipengaruhi oleh minat, bidang pengetahuan dan kepentingan masing-masing perumusan batasan. Tetapi dari sekian banyak batasan/rumusan/definisi kebudayaan terdapat suatu kesepakatan bahwa kebudayaan merupakan sesuatu yang dipelajari dan bahwa kebudayaan menyebabkan orang mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan alam serta lingkungan sosialnya, dan oleh sebab itu maka kebudayaan bervariasi. Pendidikan, bahasa, interaksi dan konteks langsung lingkungan sejak lahir mempengaruhi seseorang individu, maka perilaku seseorang merupakan hasil dari proses belajar. Yang penting adalah manusia umumnya belajar dalam konteks sosial, bukan dalam keterasingan. Oleh sebab itu kebudayaan berorientasikan kelompok. Dalam  kelompoklah, individu belajar sesuatu mengenai fenomena sosial melalui contoh-contoh perbuatan. Dengan demikian, kebudayaan menegaskan nilai-nilai dasar tentang kehidupan : apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang harus dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan.
Individu pertama kali belajar kebudayaan dalam lingkungan keluarga. Lingkungan keluargalah yang mengajarkan (baik secara langsung maupun tidak langsung) mengenai keyakinan, adat kebiasaan dan tingkah laku melalui peniruan dari anggota keluarga lainnya. Maka individu tersebut tumbuh kembang dengan latar belakang pemahaman mengenai fenomena sosial (dunia dan kehidupannya) dari kacamata keluarganya, yang pada gilirannya mencerminkan sistem kebudayaan yang melingkupinya.

  1. Pengertian Kebudayaan
Budaya menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti akal budi; pikiran. Sedangkan kebudayaan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia. Seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk jamak dari "budhi" yang berarti budi atau akal.2
Kebudayaan merupakan pola hidup yang bersifat mencakup segalanya. Selain itu kebudayaan bersifat kompleks, abstrak dan merasuki semua aspek dan segi kehidupan.
Menurut Ruben menyebutkan beberapa karakteristik dari kebudayaan (dan sub budaya) yaitu Kompleks dan banyak segi Tidak dapat dilihat Berubah sejalan dengan waktu Jika kita menganalisis dan mempelajari suatu kebudayaan, baik kebudayan kompleks dari unit masyarakat yang bedar maupun kebudayaan dari unit hubungan kecil yang lebih akrab (seperti komunitas di penjara, lembaga pendidikan, kelompok etnis, dll) akan ditemukan sejumlah segi yang kompleks dan saling berkaitan berperan didalamnya, sehingga sangat sulit untuk mengidentifikasi dan melakukan kategorisasi (khususnya untuk unit masyarakat yang besar/luas akan banyak sekali unsur-unsur yang berperan sehingga sulit mengidentifikasi dan melakukan kategorisasi).

Dimensi yang paling mendasar dari kebudayaan adalah bahasa, adat kebiasaan, kehidupan keluarga, cara berpakaian, cara makan, struktur kelas, orientasi politik, agama, falsafah ekonomi, keyakinan dan sistem nilai.

Unsur-unsur ini tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lain tetapi malah saling berinteraksi satu dengan yang lain sehingga terbentuklah suatu sistem kebudayaan tersendiri.
Misal, kecenderungan punya banyak anak tidak dapat dijelaskan dari segi adat kebiasaan saja tetapi dapat juga dijelaskan dari segi agama, ekonomi, kesehatan dan mungkin dari segi teknologi dari masyarakat yang bersangkutan. Tetapi di Barat dengan perkembangan ekonomi yang cukup tinggi, mengecilnya jumlah anak dalam keluarga dipengaruhi oleh kompleksitas segi ekonomi, kondisi sosial serta sikap yang berkaitan dengan pembagian peranan sosial antara pria dan wanita. Inilah penjelasan mengenai kebudayaan itu kompleks dan banyak segi.
Kebudayaan tidak dapat dilihat. Maksudnya, keberadaan kebudayaan dalam kehidupan sedemikian tidak nyata terlihat secara fisik tetapi merasuk dalam segala segi kehidupan, sehingga tidak terperhatikan dan tidak disadari oleh masyarakat itu sendiri. Kesadaran akan eksistensi (keberadaan) kebudayaan baru muncul ketika terjadi :
  1. Anggota kebudayaan melakukan pelanggaran terhadap standar-standar yang berlaku selama ini.
  2. Bertemu secara kebetulan dengan seseorang yang berasal dari kebudayaan atau subbudaya lain dan ketika terjadi interaksi terlihat adanya perbedaan tingkah laku yang selama ini dikenalnya dan dilakukannya.3
  1. Pengertian Komunikasi antar budaya
Yang menjadi fokus perhatian KAB adalah Proses komunikasi (interaksi) antara individu-individu atau kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan.
Sitaram (1970)
Seni untuk memahami dan saling pengertian antara khalayak yang berbeda kebudayaan (intercultural communication…..the art of understranding and being understood by the audience of another culture)
Samovar and Potter (1972)
Komunikasi antar budaya terjadi manakala bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut membawa serta latar belakang budaya, pengalaman yang berbeda, yang mencerminkan nilai yang dianut oleh kelompoknya berupa pengalaman, pengetahuan dan nilai
Carley H. Dood (1982)
Komunikasi antar budaya adalah interaksi antara para anggota kebudayaan yang berbeda
  1. Kaitan Komunikasi Dan Budaya
Komunikasi antarbudaya memerlukan suatu pemahaman tentang konsep-konsep komunikasi dan kebudayaan serta saling ketergantungan antara keduanya. Saling ketergantungan ini terbukti, menurut Serbaugh, apabila disadari bahwa :
  1. pola-pola komunikasi yang khas dapat berkembang atau berubah dalam suatu kelompok kebudayaan khusus tertentu.
  2. Kesamaan tingkah laku antara satu generesi dan generesi berikutnya hanya dimungkinkan berkat digunakannaya sarana-sarana komunikasi.4
Sementara itu, Smith menerangkan hubungan yang tidak terpisahkan antara komunikasi dan kebudayaan yang kurang lebih sebagai berikut : kebudayaan merupakan suatu kode atau kumpulan peraturan yang dipelajari dan dimiliki bersama; untuk mempelajari dan memiliki bersama diperlukan komunikasi, sedangkan komunikasi memerlukan kode-kode dan lambang-lambang yang harus dipelajari dan dimiliki bersama.
Hubungan antara individu dan kebudayaan saling memengaruhi dan menentukan. Kebudayaan diciptakan dan dipertahankan melalui aktivitas komunikasi para individu anggotanya. Secara kolektif, perilaku mereka secara bersama-sama menciptakan realita (kebudayaan) yang mengikat dan harus dipatuhi oleh individu agar dapat menjadi bagian dari unit. Dengan demikian, jelaslah bahwa antara komunikasi dan kebudayaan terjadi hubungan yang erat.
Disatu pihak, jika bukan karena kemampuan manusia untuk menciptakan bahasa simbolik, tidak dapat dikembangkan pengetahuan, makna, simbol-simbol, nilai-nilai, aturan aturan dan tata, yang memberi batasan dan bentuk pada hubungan-hubungan, organisasi-organisasi, dan masyarakat yang terus berlangsung. Demikian pula, tanpa komunikasi tidak mungkin untuk mewariskan unsur-unsur kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya, serta dari satu tempat ke tempat lainnya. Komunikasi juga merepukan sarana yang dapat menjadikan individu sadar dan menyesuaikan diri dengan subbudaya-subbudaya dan kebudayaan-kebudayaan asing yang dihadapinya. Tepat kiranya jika dikatakan bahwa kebudayaan dirumuskan, dibentuk, ditransmisikan, dan dipelajari melalui komunikasi.
Sebaliknya, pola-pola berpikir, berprilaku, kerangka acuan dari individu-individu sebagian terbesar merupakan hasil penyesuain diri dengan cara-cara khusus yang diatur dan dituntut oleh sistem sosial dimanamereka berada. Kebudayaan tidak saja menentukan siapa dapat berbicara dengan siapa, mengenai apa dan bagaimana komunikas sebagainya berlangsung. Tetati juga menentukan cara mengkode atau menyandi pesan atau makna yang diletakkan pada pesan dalam kondisi berbagai macam pesan yang dapat dikirimkan dan ditafsirkan.
Singkatnya, keseluruhan prilaku komunikasi individu terutama bergantung pada kebudayaannya. Dengan kata lain, kebudayaan merupakan landasan bagi komunikasi. Kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan praktik-praktik komunikasi yang berbeda pula5.


Hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Komunikasi > Budaya, artinya : melalui komunikasi kita membentuk  kebudayaan
Budaya > komunikasi, artinya : kebudayaan menentukan aturan & pola-pola komunikasi. Keseluruhan perilaku komunikasi individu     terutama tergantung pada kebudayaannya.


Penjelasan lebih lanjut sbb :
Komunikasi --> Budaya, artinya : Jika bukan karena kemampuan manusia untuk berkomunikasi (menciptakan bahasa simbolik) tidak dapat dikembangkan pengetahuan, makna, simbol, nilai-nilai, aturan dan tata upacara yang memberikan batasan dan bentuk pada hubungan-hubungan. Melalui komunikasi kita dapat mewariskan unsur-unsur kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya serta dari satu tempat ke tempat lain.

Budaya --> Komunikasi, artinya : Komunikasi merupakan sarana yang dapat menjadikan individu sadar akan dan menyesuaikan diri dengan subbudaya-subbudaya atau kebudayaan asing yang dihadapinya.Kesimpulan : Jadi kebudayaan dirumuskan, dibentuk, ditransmisikan dan dipelajari melalui komunikasi.
  1. Tujuan Komunikasi Antarbudaya
Hakikatnya proses KAB bertujuan untuk :
  1. Meningkatkan pengetahuan kita tentang diri kita sendiri dengan menjelaskan perilaku-perilaku komunikatif (sebagian / keseluruhan).
  2. Meningkatkan pengetahuan kita tentang orang lain dan budaya lain.
  3. Menjelaskan kendala-kendala dan masalah-masalah terhadap pemahaman atas proses antar budaya.
  4. Meningkatkan pengetahuan kita tentang kemajuan informasi dan teknologi sehingga kita tidak salah dalam memanfaatkan informasi dan teknologi tersebut serta supaya tidak “gatek” (gagap teknologi).




















.




REFERENSI
Dedy Mulyana dan Jalaludin Rahmat, Komunikasi antar budaya, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1989

KBBI, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996)

Daryanto, Ilmu Komunikasi, Bandung : Sarana Tutorial Nurani Sejahtera, 2013
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006



1 Dedy Mulyana dan Jalaludin Rahmat, Komunikasi antar budaya, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1989),h.37.
2 KBBI, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996),h.98.
3 Dedy Mulyana dan Jalaludin Rahmat, Komunikasi antar budaya..........h.55.
4 Daryanto, Ilmu Komunikasi, (Bandung : Sarana Tutorial Nurani Sejahtera, 2013).h.96.



5 Ibid.h.97.